
Study Visit at Fei Yue Community Services
Komunitas kedua yang kami kunjungi selanjutnya adalah Fei Yue Community Services. Fei Yue adalah lembaga penyedia layanan sosial terkemuka di Singapura. Didirikan oleh Chinese Christian Mission, lembaga ini telah beroperasi sejak tahun 1991. Hingga 2024, Fei Yue telah mengelola 42 pusat layanan sosial yang tersebar di seluruh Singapura, dengan fokus utama pada pelayanan untuk kelompok rentan dan transformasi kehidupan lintas usia. Kunjungan ini dipandu oleh Ms. Andrea, Mr. Semi, dan Mr. Alvin yang memberikan pemaparan menyeluruh mengenai sejarah, struktur organisasi, dan program-program unggulan Fei Yue. Layanan yang ditawarkan mencakup intervensi dini, konseling keluarga, perawatan lansia, hingga program khusus untuk remaja dan pemuda usia 12 hingga 25 tahun. Fokus utama dalam kunjungan ini adalah mempelajari layanan untuk remaja dan pemuda. Fei Yue memiliki program khusus yaitu: (1) Youth CREST (dukungan kesehatan mental berbasis komunitas), (2) YouthGO! (layanan penjangkauan remaja di jalanan, dan (3) Hidden Youth Outreach (program khusus untuk remaja yang mengalami penarikan sosial dan tidak aktif secara pendidikan maupun pekerjaan). Fei Yue menggunakan pendekatan yang lebih adaptif dibandingkan diagnosis formal (seperti DSM-IV), dengan mengidentifikasi kelompok remaja yang tergolong NEET (Not in Education, Employment, or Training). Program ini disusun untuk mendampingi remaja yang menarik diri dari kehidupan sosial, mengalami hambatan mental atau emosional, dan cenderung menyendiri dalam waktu lama. Dalam sesi experiential segment, peserta dibagi dalam tiga kelompok yaitu Kelompok 1 mengunjungi ruang konseling daring (online counseling room), untuk mengenal pendekatan inovatif Fei Yue dalam pendampingan berbasis digital, Kelompok 2 dan 3 mengikuti kegiatan observasi penjangkauan lapangan dan media interaktif yang digunakan dalam asesmen awal terhadap kondisi dan minat remaja. 11 Kunjungan ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana intervensi remaja perlu disesuaikan dengan kondisi psikososial dan budaya lokal. Selain itu, kolaborasi antara sekolah, orang tua, guru BK dan pekerja sosial perlu dilakukan untuk mendampingi remaja yang sulit dijangkau.