Detail Kegiatan

Study Visit at Allkin Singapore

Study Visit at Allkin Singapore

Kunjungan berlanjut menuju Allkin Singapore. Allkin merupakan lembaga layanan sosial berbasis komunitas yang telah berdiri sejak tahun 1978. Dikenal sebagai pusat layanan keluarga pertama di Singapura Allkin telah berkembang menjadi organisasi terdepan yang memiliki 40 titik layanan (touchpoints) di kawasan Central-Northeast Singapura. Allkin mengusung keyakinan bahwa setiap individu, tanpa memandang usia, ras, maupun latar belakang, memiliki potensi untuk menciptakan perubahan positif. Layanan yang ditawarkan mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari dukungan keluarga, perawatan lansia, kesehatan mental, hingga pengembangan remaja dan pemuda. Beberapa program unggulan yang dipaparkan dalam 13 kunjungan ini antara lain Student Academy, KidSTART, serta layanan remaja seperti Club Infinity dan Project Giveback. Peserta disambut oleh Ms. Morgana dan Ms. Catherine yang memaparkan pendekatan kerja Allkin dalam membangun ekosistem layanan terpadu Integrated Service Provide (ISP) yang responsif terhadap kebutuhan komunitas. Salah satu aspek yang disorot adalah elemen kesehatan mental dalam layanan remaja, termasuk ruang khusus untuk remaja perempuan (girls’ room) yang berfungsi sebagai ruang aman dan tempat penguatan diri. Dalam sesi diskusi, peserta dikenalkan pada model penguatan berbasis potensi yang digunakan oleh Allkin, yaitu CAPRI, yang merupakan singkatan dari Citizenship, Asset, People, Relationship, Inclusion. Melalui model ini, para remaja didampingi untuk mengidentifikasi kekuatan pribadi mereka dan diarahkan untuk membangun 6 C yang terdiri dari connection (koneksi), competence (kompetensi), confidence (kepercayaan diri), character (karakter), care (kepedulian) contribution (kontribusi terhadap komunitas). Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan resiliensi dan kapasitas personal, sekaligus mendorong remaja menjadi agen perubahan di lingkungan mereka sendiri. Selain itu, peserta juga diajak merefleksikan bagaimana penguatan berbasis kekuatan dapat menjadi pendekatan alternatif yang relevan diterapkan dalam layanan konseling di sekolah. Khususnya, peserta didik dengan latar belakang risiko seperti masalah emosi, hubungan keluarga yang kurang harmonis, maupun potensi pelanggaran perilaku (offending youth). Sebagai penutup rangkaian kegiatan kunjungan studi hari keempat, peserta mengikuti sesi interaktif bersama Singapore International Volunteers (SIV). Sesi ini dirancang untuk merefleksikan pengalaman selama kegiatan study visit, sekaligus memperkuat komitmen peserta dalam mengimplementasikan 14 pembelajaran di lingkungan kerja masing-masing. Kegiatan debrief dilaksanakan dalam bentuk aktivitas simbolik “Membuat Jejaring”. Seluruh peserta diminta membentuk lingkaran besar. Diawali satu orang peserta memulai dengan memegang bola benang. Sambil memegang ujung benang, peserta pertama menyampaikan hal-hal yang akan dilakukan atau diterapkan setelah menyelesaikan kunjungan studi ini, lalu melemparkan bola benang kepada peserta lain yang berada di seberangnya. Peserta berikutnya melakukan hal yang sama— menyampaikan rencana tindak lanjut, memegang bagian benang, lalu melemparkan bola ke peserta berikutnya. Proses ini berlangsung hingga seluruh 21 peserta menyampaikan refleksi dan membentuk sebuah jaring benang besar di tengah lingkaran. Aktivitas ini menciptakan visualisasi yang kuat tentang keterhubungan dan komitmen bersama. Makna yang diwujudkan bahwa tiap individu memiliki peran penting dalam menjaga kesinambungan program. Sehingga perubahan tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan dalam jejaring yang saling mendukung. Momen ini menjadi penutup yang penuh makna, hangat, dan membangun semangat kolektif untuk terus bergerak bersama demi pendidikan yang lebih baik.


Gabo - Konseling Gaming
Hai! Aku Gabo. Yuk ngobrol soal gaming 😄